Saturday, June 28, 2008

Mahasiswa…Time 2 Ime-chen…;)

Mahasiswa, apa sih arti dari kata ini?Apa yang diharapkan dari kata ini?Apa yang diharuskan oleh obyek yang menanggung title ini?

Rata2 semua akan menjawab, mahasiswa adalah agen perubahan. Aq sedikit banyak setuju ama pendapat ini. Why?Coz mahasiswa merupakan salah satu masa paling berharga dalam hidup ketika seseorang dapat menunjukkan idealisme mreka, cita2 mreka dan dan asa mreka secara jernih. Sejarah membuktikan bagaiman para pelaku perubahan rata2 adalah mreka yg bergolongan muda. Yang tua?Ada beberapa tpi pada masa2 ini seorang manusia akan cenderung memikirkan masalah2 lain seperti keluarga dan kerjaan. So…their idealism might be compromised because of this.

Eniwei, menarik utk dilihat bagaimana mahasiswa tlh berperan dlm konteks mreka sebagai agen perubahan. Sejak reformasi 10 tahun silam, mahasiswa seakan menemukan momentum mreka kembali utk dapat bertindak sebagai agen perubahan seiring keadaan yang memaksa mreka. Sd skrng pun, mahasiswa masih senantiasa menyuarakan berbagai aspirasi mreka akan tatanan hidup yang ideal dan lebih baik. Tentu menurut versi mreka masing2. Saya tidak akan membiacarakan apa yang mreka aspirasikan. Terlalu panjang tuk dibahas. Saya lebih tertarik terhadap apa yang mreka lakukan untuk menyuarakan aspirasi itu.

Seakan sudah menjadi pakem dan tradisi bahwa penyampaian aspirasi harus dilakukan dengan turun ke jalan dan melakukan unjuk rasa. Ngga masalah bagiku. Namun yg jadi masalah adalah apa2 yg terjadi setelah itu. Sebagai suatu tindak unjuk rasa, penyampaian pendapat mreka di muka umum sudah merupakan suatu aspirasi. Namun mahasiswa skrng seakan merasa bahwa hal ini aja g kan cukup tuk menyampaikan aspirasi mreka. Sehingga….terkadang hal2 aneh dan ajaib pun sering mreka lakukan sebagai bumbu unjuk rasa mreka.

Mogok makan, penyanderaan kendaraan, pemblokiran jalan, dan hal2 aneh lainnya bisa menjadi salah satu cara agar dapat menarik perhatian masyarakat luas. Namun demikian, apa bener aspirasi mreka tersampaikan?Apa bukannya masyarakat yang menyaksikan mreka bukannya tambah antipati dan benci dengan cara2 mreka yang terkesan tidak cerdas, mengganggu dan merusak itu?Padahal sebagai mahasiswa, sudah seharusnya mreka memperlihatkan suatu kematangan berpikir dalam pikiran dan tindakan mreka. Bukannya malah memperlihatkan suatu tindak kebodohan dan anarkisme.

Saya yakin, masyarakat tetap mendambakan adanya suatu unjuk rasa once in a while. Hanya saja, saya yakin mreka takkan senang pula kalo cara unjuk rasa itu dilakukan dengan cara2 yg justru kontraproduktif dan berlawanan dengan nilai intelektualitas mreka sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa, saya rasa mreka perlu menyampaikan aspirasi mreka dengan cara dengan kekuatan logika, bukannya logika kekuatan. Kalo demikian caranya, bukan tidak mungkin mahasiswa akan kehilangan simpati mreka dri masyarakat akibat perilaku mreka sendiri.

Bicara masalah perilaku, hal ini juga terkadang menjadi suatu ironi. Masih banyak dijumpai aktivis mahasiswa yang antara tindakan dan apa yang mreka sampaikan bertolak belakang 180 derajat. Seakan dunia kampus dan luar adalah 2 dunia yg berbeda sama sekali. Juga fakta bahwa aktivitas mreka sebagai aktivis juga harus mengorbankan kuliah mreka. Ironi memang. Dalam berkehidupan d kampus, tentu ada trade-off 2 tertentu yg harus dilakukan. Namun dari pengalaman dan pengamatan saya sendiri, sudah jadi rahasia umum bahwa kul cenderung ditinggalkan.

Hal2 diatas merupakan suatu sentilan belaka terhadap bagaimana seharusnya mahasiswa berlaku dalam menyampaikan aspirasi mereka. Juga agar mahasiswa tidak lupa terhadap kewajiban utama mreka untuk belajar. Tentu masyarakat akan lebih respek klo yg demo2 itu adalah mahasiswa dgn IPK2 tinggi. Dengan demikian, akan terlihat kecerdasan dan intelektualitas dia di mata masyarakat. Nothing is perfect really. But at least we can try even the equilibrium between study and our role as an agent of change. Its not hard, but it just needs commitment, hard work and a couple of sacrifices.

No comments:

Post a Comment