Sunday, March 29, 2009

Happily young or rot older ?

Haha…biar kutebak…pasti mikir arti judul tulisan ini apa hehehehe :p


Eniwei…segalanya bermulai pada sabtu pagi nan indah di butcher dimana aq bekerja. Semua berjalan dull seperti biasa…terutama karena belum padatnya kerja pagi itu….dan ketika kusedang menghayati memotong lapisan daging demi daging …eh…bos gw nnya…”tok…bagaimana pendapatmu tentang pasangan yang menikah muda…?setuju engga?”. Jujur aja…gw kaget pagi2 ditanyain pertanyaan berat macam itu. Bukannya gw sendiri engga pernah bicara masalah ini atau apa…Cuma gw emang secara pribadi sampe saat ini menghindari aja isu macem ini yg bagi gw agak2 “sensi”

Eniwei…mauku sih mengelak jawaban ini…but yeah…my bos insisted on me answering yes or no…Oh crap…now I’m in some sort of awkward position…Eniwei…I just answered..mostly no…hehe…now here where things get interested. She asked why I didn’t agree..?kujawab…karena kalo menikah muda..bagaimana anda akan menghidupi keluarga…bos gw jawab …”ya orang tua masing2 lah..”….gw pun reply…”okelah kalo begitu…masalahnya…sangat jarang ditemukan orang tua yang semacam itu”
Dan berikutnya kukekmukakan alasanku bahwa ketika 2 insan telah menikah…pada hakikatnya ortu sudah tidak bertanggung jawab atas mereka (terutama secara keuangan)…but then…my bos said…”lho…kenapa harus tidak lagi bertanggung jawab?”…now…this is where I suddenly felt checkmate :P…

Pembicaraan selanjutnya yakni bos-ku ngomong bahwa di dunia sekarang ini…dalah mengapa menikah muda bener2 dipermasalahkan padahal anak2 sekarang secara fisik tumbuh dewasa secara cepet…which also means that they are physically mature (especially in terms of sex). But then…just coz of not financially ready…then many people decide to not or at least postpone marriage. Until this…she did hae a point…

And then…bos ku bilang mengapa ada pandangan bahwa ketika anak sudah menikah dikatakan bahwa tanggung jawab ortu putus..itu lebih dikarenakan alasan budaya doang…dan ketika kuberpikir sampe point itu…gw juga inget…apa ada dalil ayat baik di al-qur’an atopun hadist-lah yang mengatakan bahwa ortu tidak lagi bertanggung jawab atas anak2nya (especially financially) ketika mereka2 sudah menikah?engga ada deh rasanya…:P

But I tried to refute by saying that once married, a man has the responsibility to feed the family or in other words…work. Till here…we both agreed. Tapi bosku menambahkan…betul emang demikian…tapi faktanya seringkali hal ini menyebabkan anak2 muda takut untuk menikah hanya karena alasan kerja…kerja…dan kerja. Kalopun sudah kerjapun…masih banyak dijumpai para bujang yang tidak mau menikah…alasannya….yg lom mapan lah yg itu lah dan 1001 alesan lainnya.

That was one fact that I couldn’t deny…even 4 myself. Another fact that my bos stated was about bagaimana para bujang harus seringkali menempuh pendidikan tinggi (sampe S2) dan pada saat yang bersamaan harus menekan gejolak naluri biologi terhadap lawan jenis di tengah gempuran keterbukaan aurat disana sini yang dah bener “syaithannirajimmmm” (istilah gw sendiri :D ). Dia menambahkan…apa para bujang2 perlu menunggu utk lulus utk kemudian kerja trus baru nikah?Can’t just both the parents help out at least with the funding of their education while still maintaining their marriage?Must it be education…or work that separates two loving people from being married to each other?

Up till this point…I couldn’t say more…What my boss said was in fact all the most true…Kenyataan (atau mungkin tatanan masyarakat) seringkali harus kejam terhadap para bujang2 (dan perawan2 maybe :D ). But my boss put more emphasis on parents nowadays…why do they have to require their kids to graduate and get a job (for boys) before getting married?Can’t they help and play their part in helping young married couple by soothing their financial distress (especially when they both have to undergo uni 1st).

Mendengar omongan itu…aq juga jadi berpikir…alangkah baiknya jika semua orang tua bisa seperti yang didambakan bos gw. Kadang gw juga mikir…anak2 jaman sekarang emang cepet banget dewasa secara fisik. Dan tentunya hal ini juga membawa konsekuensi hasrat penyaluran nafsu seksual juga pada puncak2nya. Namun ya itu dia…selalu harus tertekan karena menyelesaikan skul/kul :-S

Selama hidupku pun aq pernah mendapati teman2q nikah muda dan alhamdulillah ortu mereka masih mau at least membiayai dari segi uang kul…beberapa bahkan masih ngasih uang saku ;) (ooohh…how lucky they are…). But in regards to them being married…I do notice some differences after they got married…something which me and my boss agreed on…they in certain ways…become mentally more mature in doing and facing life. I don’t know why…but I guess it’s coz of their binding commitment of marriage that makes them (even unconsciously) to do so.

Oh well…walo kita berharap ortu2 sekalin mau melakukan hal seperti yang diangankan bos gw…that’s life…changing such kind of thought frame is gonna take time. But I also like to add something from my POV concerning this matter. Just to add up things of what I’ve written down here ;)

Sebanyak apapun kita berharap agar ortu2 mau seperti itu…nyatanya juga bahwa anak2 sekarang walo dewasa secara fisik..tapi hamper kebanyak masih belum dewasa secara pikiran…alias masih berpikir kekanak-kanakan. So…How can we demand for parents to fulfill such wish if we even cannot prove to them that we are also mature in terms of mental and mind?

But then…it’s not us who’s completely us at fault here for being not mature in terms of mind. Tetapi system pendidikan kita yang juga berperan kita dalam membentuk pribadi yang tidak akan pernah siap secara mental. Untuk dapet dikatakan siap…bagiku kita harus secara awal dihadapkan pada kenyataan hidup dalam pendidikan kita agar kita dapat segera terjun ke masyarakat dan berpartisipasi…tapi faktanya sekarang?Kita dikungkung oleh berbagai jenjang pendidikan yang kebanyakan mengajarkan teori belaka yang kemudian membuat kita akan kagok ½ hidup sewaktu2 kita engga lagi bersekolah…why? Coz they haven’t taught us anything on how to survive in such time and age. They just teach us on how to make ourselves dependant on out parents (financially especially).

Eniwei…akan sangat bahagia andaikata kita bisa mendapatkan nikmat macem yang telah dirasakan oleh teman2 yang beruntung diatas. Tetapi kita juga harus memainkan peran kita bahwa kita juga telah sanggup bersikap dan berpikir secara dewasa aja, jangan Cuma dewasa fisik doang :D. Oh yeah….the current social system juga harus berperan dalam membentuk insan2 yang lebih mampu survive dalam usia muda dan tidak hanya membuat kita bergantung ama ortu aja…so…3 pihak inilah yang harus berperan kedepannya ;)

PS : For those lucky friends of mine out there…may Allah SWT bless u for able to fulfill half of your diens at such a young age ;)…hontou ni…INVU

4 comments:

  1. Jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan..

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Anonymous5:19 am

    beratt... beratt... >.<

    ReplyDelete
  4. berat memang...tapi patutlah kita memikirkannya ;)

    palagi dengan kondisi qta ini yang kurang lebih mirip dengan apa yang kutulis di posting ini

    ReplyDelete