Sunday, July 08, 2007

Movie Review : Goal II, Living The Dream


Wah, ngga nyangka sekuel dari film pertamanya dah keluar secepat ini. Tapi jujur aja, aku juga menantikan lanjutan petualangan si santiago Munez menjadi seorang pesepakbola.

Sekuel kali ini bisa dikatakan lebih mengeksplorasi kelanjutan kisah si Munez ketika dia sedang menapaki ketenaran dan kesuksesan dalam hidupnya. Dan ngga seperti film pertama, film kali ini menurutku lebih kelam karena si Munez banyak menghadapi konflik dalam hidupnya baik yang berkaitan dengan karir sepakbolanya maupun kehidupan pribadinya.

Semua hal itu bermula ketika dia ditransfer ke Real Madrid. Wow...dreams come true banget tuh. Sampai sana dia ketemu lagi ma teman dan mentornya sewaktu di Newcastle yakni si Gavin Harris. Dengan demikian, dia bisa lebih mudah beradaptasi dengan kerasnya persaingan dalam tim tersebut.

Masalah bermula juga dari si Harris, coz as you know, dia ngajak si Munez dalam kehidupan ndugem para selebritis. awalnya sih santai aja bagi si Munez. Namun rupanya susah bagi dia tuk menghindarinya. Belum lagi ketika dia harus menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarnya yang ngga bisa meninggalkan pekerjaannya di Newcastle sebagai suster.

Puncak dari masalahnya adalah ketika dia di kartu merah pada pertandingan pertamanya sebagai starter dalam tim utama. Dah gitu dia cedera gara2 jatuh kena sepeda. Gara2 ini pula jadinya dia ngga bisa natalan ma pacarnya di England. Semua jadi berabe tuk mereka berdua ketika pacarnya membaca majalah dimana ada adegan Munez sun sun-nan ma seorang reporter. Duh...kasiaaan banget, dah jatuh ketimpa tangga pula....

Namun demikian, ngga semua berjalan jelek bagi si Munez. Di tengah pemulihan cederanya, dia rupanya bertemu dengan seorang bocah yang mengaku sebagai adik tirinya. Hal ini kemudian berujung pada pertemuannya kembali dengan ibunya yang ia anggap telah meninggalkan dia dan ayahnya demi pria lain. Untungnya sih mereka akhirnya bisa damai kembali sebagai anak ibu. Good for him.

Ngga sadar cederanya mulai pulih. Namun demikian...dia tetap harus berusaha berlatih kembali tuk meraih posisi dalam tim. Untungnya dia sempet come back ketika masuk sebagai pemain pengganti pada suatu pertandingan. Namun demikian, hal jadi semakin dilematis tuk si Munez. Seiring meningkatnya performanya, si pelatih pun bingung harus menempatkan siapa sebagai starter pada pertandingan final melawan Arsenal. Bagus bagi si Munez, karena dia akhirnya mengalah dan meminta pada pelatih tuk memasang Harris sebagai starter.

Dan bermainlah madrid di final Liga Champions (dimana seharusnya Barca yang main dan kemudian juara). Mulai dari sini hal-hal yag menurut gw agak fantastis terjadi. Di babak pertama madrid dah ketinggalan 2-0. Si Munez masuk di babak kedua tuk main sebagai striker ketiga. dan akhirnya dia menyumbangkan gol kedua dan memberi assist tuk golnya si Harris. Akhirnya si BEckham memangkan Madrid 2-3 dengan tendangan bebasnya.

Overall....film ini lumayan. Terutama sekali mampu menyampaikan betapa banyak godaan dan cobaan yang harus dialami oleh seorang pesepakbola proffesional. Dan si Munez pun sempet kepleset gara2 hal ini. Selain masalah ini, bisa dikatakan cukup menghibur film ini,terlepas dari berbagai ketidak cocokan dengan fakta yang seharusnya.

Kalopun ada yang mengganggu adalah adegan shooting dan gol dari Munez yang menurutku agak khayal dan keliatan banget kalo adegan tersebut di-shoot sendirian. Alangkah lebih bagus kalo mereka bisa membuat adegan golnya dia lebih menyatu dengan keseluruhan permainan tim sehingga bisa keliatan lebih nyata. Lainnya....hmmm....ngga kayanya deh. Kalo gw ngasih bintang dengan skala 5, kaya film ini dapat 3 dari 5.



No comments:

Post a Comment