Sori...aku lagi agak terenyuh....;maybe...ini bakal jadi sebuah postingan yang serius...sesuatu yang agak lama sudah ngga kulakukan lagi.
Jumat pagi, aku sedang menunggu omd hi. Tiba2 yang datang malah tukang koran. Well...aku sih dah firasat bakal ada penagihan di muka seperti bulan sebelumnya. Hanya saja...kali ini bukan karena ada anggota keluarganya yang sakit...melainkan untuk biaya masuk sekolah anaknya. Kaget juga gw pas denger tuk masuk SD aja harus bayar 1,5 juta...wuiiihhhh...
Belum selesai rasa trenyuh gw eeeehhhh...pas baca koran headlinenya kurang lebih menggambarkan para guru2 demo menuntut anggaran pendidikan 20% dipenuhi pemerintah. Yang murid ngga sanggup bayar eh yang guru pada demo...so....mana letak masalahnya...
Kalo gw bilang sih masalah awalnya adalah dipertanyakannya niat pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Seperti yang tercantum di UUD, gw yakin tiap orang punya hak untuk mendapatkan pendidikan terlepas status sosialnya. But reality really bites hard. Nyatanya hanya orang-orang terpilih dari jutaan orang di republik ini yang sanggup mengenyam pendidikan. Orang terpilih dalam hal ini adalah orang yang sanggup mengeluarkan uang untuk mendapatkan tempat di sekolah yang diinginkan.
Faktanya jelas sekali sekarang ini bahwa bagus tidaknya mutu pendidikan seringkali harus berbanding lurus dengan banyak tidak uang yang dimiliki seseoarng. Aku jadi teringat ketika mendengar SMA menarik uang sebesar 5jt tuk biaya masuknya. Emang sih...sekolah internasional gitu lho. Tapi kok mahal banget rekkkkk!!!
Jadinya, memang negara atawa pemerintah sebagai pengelola bangsa ini, patut dipertanyakan niatannya dalam mencerdaskan rakyatnya. Jangan salah.....gw yakin kenapa kehidupan negara ini senantiasa kacau balau tak pernah terib dan makmur sebagian besar adalah karena tidak terdidiknya rakyatnya. Entah karena mereka ngga mampu bayar ato jangan-jangan emang dasarnya ngga mau belajar.
Berhubung gw ini mahasiswa (yang baru lulus), gw kasih contoh yang deket yakni mulainya beberapa PTN berusaha meraih status BHPN. In other words, dengan status ini, PTN tersebut kurang lebih dilepas oleh pemerintah untuk mencari dana sendiri secara mandiri. Dengan demikian, pemerintah dah ngga ngasi subsidi lagi. As the result is logically, biaya pendidikan tentunya juga jadi naik laaahhh. Dalihnya sih walo naik tapi kenaikan tersebut akan disubsidi silang. IMO...gombal bangeeeettttt.....Dan walopun beberapa belum mendapatkan status itu, tapi seperti mereka dah mulai membuat ancang-ancang. Salah satu buktiny adalah dengan dikuranginya jatah kursi lewat SPMB dan dialihkan ke jalur SPMK/PMDK yang notabene harus bayar lebih mahal daripada SPMB. Terbukti lagi kan kalo yang akhirnya bisa mendapatkan pendidikan adalah yag lagi-lagi yang punya doku banyak. Bisa-bisa kalo gini yang jadi ekstensi adalah yang berasal dari SPMB karena jumlahnya dikit dibandingkan dengan mereka yang dari SPMK....
Ngga cuma para calon siswa ato mahasiswa yang sengsara. To make things worst...para guru pun juga merasakan derita yang kurang lebih sama kalo tidak dikatakan lebih mederita. Ditengah peranmereka tuk menghasilkan tingkat output pendidikan yang memadai dan layak, mereka sendiri didera himpitan ekonomi yang seringkali memaksa mereka tuk mengabaikan peran mereka sebagai guru dan nyambi bekerja di tempat lain demi memenuhi kebutuhan nafkah mereka. Masih untung kalo dosen, coz biasanya kalo dosen kenal deket ma pihak2 lain biasanya dapat proyek ato apalah gitu, tapi kalo guru..??paling2 ngojek ato ngajar les ditempat lain.
Harus diakui, memang harga sebuah ilmu itu mahal. Harus ada pengorbanan baik jiwa dan materi tuk mendapatkan dan menguasainya. Namun, mengingat ilmu adalah hak tiap insan yang hidup, harusnya bisa diusahakan lewat sebuah political will tuk mengusahakannya bagaimaapun agar pendidikan bisa dinikmati berbagai kalangan. Jangan salah, pendidikan tidak hanya perlu tuk membangun sebuah negeri, tapi penting untuk mengasah pola pikir dan intelegensia seseorang dalam memikirkan sesuatu. Ini juga agar rakyat sini tidak mudah di-"plokotho" negara lain yang ingin menjajah negeri ini kembali. Ato jangan2, emang sengaja diatur supaya orag sini mudah di-plokotho biar ngga mikir macam2 dan mudah disuruh sana sini???wallahualam....
PS : Intinya, jika ada kemauan, pasti pendidikan murah ato gratis itu bukan hal yang mustahil. Yang penting ada kesadaran dan langkah nyata untuk mencapai hal ini!!!
Jumat pagi, aku sedang menunggu omd hi. Tiba2 yang datang malah tukang koran. Well...aku sih dah firasat bakal ada penagihan di muka seperti bulan sebelumnya. Hanya saja...kali ini bukan karena ada anggota keluarganya yang sakit...melainkan untuk biaya masuk sekolah anaknya. Kaget juga gw pas denger tuk masuk SD aja harus bayar 1,5 juta...wuiiihhhh...
Belum selesai rasa trenyuh gw eeeehhhh...pas baca koran headlinenya kurang lebih menggambarkan para guru2 demo menuntut anggaran pendidikan 20% dipenuhi pemerintah. Yang murid ngga sanggup bayar eh yang guru pada demo...so....mana letak masalahnya...
Kalo gw bilang sih masalah awalnya adalah dipertanyakannya niat pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Seperti yang tercantum di UUD, gw yakin tiap orang punya hak untuk mendapatkan pendidikan terlepas status sosialnya. But reality really bites hard. Nyatanya hanya orang-orang terpilih dari jutaan orang di republik ini yang sanggup mengenyam pendidikan. Orang terpilih dalam hal ini adalah orang yang sanggup mengeluarkan uang untuk mendapatkan tempat di sekolah yang diinginkan.
Faktanya jelas sekali sekarang ini bahwa bagus tidaknya mutu pendidikan seringkali harus berbanding lurus dengan banyak tidak uang yang dimiliki seseoarng. Aku jadi teringat ketika mendengar SMA menarik uang sebesar 5jt tuk biaya masuknya. Emang sih...sekolah internasional gitu lho. Tapi kok mahal banget rekkkkk!!!
Jadinya, memang negara atawa pemerintah sebagai pengelola bangsa ini, patut dipertanyakan niatannya dalam mencerdaskan rakyatnya. Jangan salah.....gw yakin kenapa kehidupan negara ini senantiasa kacau balau tak pernah terib dan makmur sebagian besar adalah karena tidak terdidiknya rakyatnya. Entah karena mereka ngga mampu bayar ato jangan-jangan emang dasarnya ngga mau belajar.
Berhubung gw ini mahasiswa (yang baru lulus), gw kasih contoh yang deket yakni mulainya beberapa PTN berusaha meraih status BHPN. In other words, dengan status ini, PTN tersebut kurang lebih dilepas oleh pemerintah untuk mencari dana sendiri secara mandiri. Dengan demikian, pemerintah dah ngga ngasi subsidi lagi. As the result is logically, biaya pendidikan tentunya juga jadi naik laaahhh. Dalihnya sih walo naik tapi kenaikan tersebut akan disubsidi silang. IMO...gombal bangeeeettttt.....Dan walopun beberapa belum mendapatkan status itu, tapi seperti mereka dah mulai membuat ancang-ancang. Salah satu buktiny adalah dengan dikuranginya jatah kursi lewat SPMB dan dialihkan ke jalur SPMK/PMDK yang notabene harus bayar lebih mahal daripada SPMB. Terbukti lagi kan kalo yang akhirnya bisa mendapatkan pendidikan adalah yag lagi-lagi yang punya doku banyak. Bisa-bisa kalo gini yang jadi ekstensi adalah yang berasal dari SPMB karena jumlahnya dikit dibandingkan dengan mereka yang dari SPMK....
Ngga cuma para calon siswa ato mahasiswa yang sengsara. To make things worst...para guru pun juga merasakan derita yang kurang lebih sama kalo tidak dikatakan lebih mederita. Ditengah peranmereka tuk menghasilkan tingkat output pendidikan yang memadai dan layak, mereka sendiri didera himpitan ekonomi yang seringkali memaksa mereka tuk mengabaikan peran mereka sebagai guru dan nyambi bekerja di tempat lain demi memenuhi kebutuhan nafkah mereka. Masih untung kalo dosen, coz biasanya kalo dosen kenal deket ma pihak2 lain biasanya dapat proyek ato apalah gitu, tapi kalo guru..??paling2 ngojek ato ngajar les ditempat lain.
Harus diakui, memang harga sebuah ilmu itu mahal. Harus ada pengorbanan baik jiwa dan materi tuk mendapatkan dan menguasainya. Namun, mengingat ilmu adalah hak tiap insan yang hidup, harusnya bisa diusahakan lewat sebuah political will tuk mengusahakannya bagaimaapun agar pendidikan bisa dinikmati berbagai kalangan. Jangan salah, pendidikan tidak hanya perlu tuk membangun sebuah negeri, tapi penting untuk mengasah pola pikir dan intelegensia seseorang dalam memikirkan sesuatu. Ini juga agar rakyat sini tidak mudah di-"plokotho" negara lain yang ingin menjajah negeri ini kembali. Ato jangan2, emang sengaja diatur supaya orag sini mudah di-plokotho biar ngga mikir macam2 dan mudah disuruh sana sini???wallahualam....
PS : Intinya, jika ada kemauan, pasti pendidikan murah ato gratis itu bukan hal yang mustahil. Yang penting ada kesadaran dan langkah nyata untuk mencapai hal ini!!!
No comments:
Post a Comment