Saturday, December 02, 2006

Drama Review : Great Teacher Onizuka

Sebetulnya nih drama, ato lebih tepatnya disebut J-dorama, dah lama banget. Mungkin kira2 tahun 1999an. Namun isinya sampai sekarang masih tetap relevan. Terutma terkait hubungan guru, murid, orang tua dan lingkungan. Disini akan saya bahas dari beberapa aspek dan dilanjutkan dengan hikmah.



Storyline : Ringkas dan padat. Beberapa bagian penting dari manga-nya diambil namun diubah demi kepentingan sensor serta adaptasi di TV. Sayangnya endingnya agak nanggung. Namun sepertinya sedikit ditutupi oleh Episode special yang ada.

Acting : Takeshi Sorimachi emang cocok memerankan tokoh onizuka, apalagi tampangnya emang dikit2 tampang kriminal ^^; Hal ini juga diimbangi oleh akting yang baik dan serasi oleh Nanako Matsushima yang memerankan Fuyutsuki. Keserasian dalam akting untungnya berlanjut di dunia nyata dalam suatu pernikahan. Akting tokoh2 lain juga lumayan memadai dalam mendukung storyline-nya.

Realism : Walopun diadaptasi dari manga, namun banyak hal yang telah disesuaikan terutama tingkat realismenya. Versi drama ini tidak sebrutal manganya, juga sisi ecchi-nya sudah banyak dipangkas. Namun demikian, hal ini sama sekali tidak mengurangi inti cerita dan makna yang ingin disampaikan. Sayangnya realisme yang sudah berjalan ini agak kacau di akhir2 cerita ketika sekolahnya mau dirobohkan. Kesannya terlalu maksa, terlalu heroik n ngga realistik.


Hikmah


Dalam keadaan sekarang dimana seorang guru cenderung mementingkan kepentingannya belaka, drama ini mengajarkan bagaimana seharusnya seorang guru itu bersikap dalam hubungannya dengan murid2-nya. Terlepas dari cara2 slenge-an yang digunakan, harus diakui bahwa seorang murid akan senantiasa memerlukan perhatian yang sifatnya personal dari gurunya. Seorang guru tidak hanya perlu mendorong muridnya agar giat belajar, namun juga bagaimana murid tersebut juga mampu menikmati suasana belajar tersebut.

Sayangnya hal ini sering diabaikan oleh guru2 yang ada sekarang. Proses belajar mengajar sekarang lebih sekedar sebuh proses transfer ilmu belaka, tanpa disertai sebuah "soul" yang dapat membuat anak didik merasa diperhatikan sebagai seorang manusia yang utuh. Akibatnya, murid hanya dianggap sebagai sebuah obyek tuk menjejalkan ilmu2 dari guru belaka , tanpa menyadari perasaan mereka.

Last notes, drama ini juga mengajarkan bahwa memang tuk jadi seorang guru kita harus memberikan semua perhatian kita, baik mental dan fisik. Selain itu, guru juga sering menjadi tempat para murid menyandarkan kepercayaannya, sehingga hal ini tidak boleh dikhianati. Kepercayaan itu bila terjalin baik, maka akan membentuk hubungan yang lebih dari sekedar guru dan murid.

No comments:

Post a Comment